The Sweet Love Story - Chapter 61
Pada jam 9 malam, Zhou Xiao sudah sampai di rumah orang tuanya. Makan sup yang dimasak oleh Mamanya, mandi, dan menemani Papanya menonton pertandingan bola. Ketika dia kembali ke kamar untuk tidur, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Entah Zhao Fanzhou sudah mendapatkan tempat tinggal atau belum. Begitu Bus berhenti, mereka melihat Zhou Papa sedang menunggu Zhou Xiao.
Zhao Fanzhou harus bersembunyi di dalam mobil dan menunggu dirinya dijemput oleh Papanya terlebih dahulu.
Setelah Zhou Xiao sampai rumah, dia tidak berani menelepon atau mengirimkan pesan teks kepadanya
Ah, kenapa ada perasaan seperti sedang mengulangi sejarah
Begitu pintu kamar tertutup, dia langsung menelepon Zhao Fanzhou. “Kamu sudah menemukan tempat tinggal?” katanya dengan suara rendah
“Sudah.”
“Di mana?”
“Hotel XX.”
“Oh, istirahatlah lebih awal. Besok kamu harus menyelesaikannya sendiri, aku tidak tahu apa-apa ya.”
“Aku tidak pernah melihat orang yang ingin menebus kesalahan bisa berhasil secepat itu. Kamu juga, istirahatlah lebih awal.”
Zhao Fanzhou mengatur alarm pada ponselnya kemudian berbaring di ranjang. Dia bisa berbicara dengan tenang di depan Zhou Xiao.
Faktanya, dia merasakan kekhawatiran yang amat sangat dalam di hatinya. Besok ada sebuah pertempuran sulit yang harus dijalani, sebaiknya dia tidur lebih awal
Zhou Xiao sedang berada mencuci beras di dapur, tiba-tiba mendengar suara pintu dibanting. Mamanya berjalan dengan cepat menenteng sayuran di tangannya dan masuk ke dalam rumah. Waktu diputar kembali ke jam 8 pagi, Mama Zhou Xiao sedang berada di Pasar dengan mengobrol dengan dua orang tukang gosip
“Nyonya Zhou, kemarin aku lihat putrimu sudah pulang. Sekarang dia jauh lebih cantik ya.” kata tukang gosip A.
“Ah, tidak kok. Dia masih sama seperti dulu.” Zhou Mama tersenyum sambil mengibaskan tangannya
“Putrimu sudah punya pacar? Kalau sudah ada, lebih baik cepat mengatur pernikahan mereka.” Tukang gosip A tidak bisa melihat Zhou Mama terlalu bangga, menambahkan kata-kata yang kembali membuka luka hati Zhou Mama
“Ah, dia masih kecil. Kami belum rela.” kata Zhou Mama demi menjaga harga diri
“Dia sudah tidak kecil. Kuberitahu, anak perempuan itu tidak boleh tidak menikah. Nantinya pasti akan menyusahkan kalian.” Tukang gosip B yang sepertinya punya dendam kesumat terhadap Zhou Mama menambahkan
“Kalian mengobrollah, aku mau pergi beli ikan.” Zhou Mama pergi dengan wajah muram
Waktu diputar kembali ke masa sekarang
Begitu Zhou Mama memasuki pintu, dia langsung meraih telepon dan menelepon seseorang, “Halo, Bibi, iya ini aku. Betul, betul, betul. Yang waktu itu kamu bilang, putra dari keluarga siapa itu, apa sudah pulang? Iya, putriku sudah pulang, betul, kalau ada waktu, aturlah waktu untuk pergi makan bersama… hmm, baik, aku akan memberitahunya.”
Setelah menutup telepon, Mama Zhou Xiao berkata padanya, “Malam ini kamu pergi kencan buta.”
Zhou Xiao menatap papanya yang sedang membaca koran di sampingnya dengan tatapan minta bantuan, tapi papanya malah mengangkat koran itu tinggi-tinggi untuk menghindari tatapan putrinya. Sungguh Papa yang sangat menyayangi anaknya!
“Ma, bisakah aku tidak pergi? Kemarin malam aku baru sampai rumah, aku sangat lelah. Ingin istirahat sebentar.” Zhou Xiao berkata pada Mamanya dengan nada manja
Mama Zhou Xiao meliriknya, “Seberapa lelah dirimu? Cuma menyuruhmu pergi makan saja, bukan menyuruhmu turun ke ladang.” Zhou Xiao tidak punya cara untuk menolak, Zhao Fanzhou sialan, kenapa masih belum muncul!?
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Bel pintu berbunyi, hati Zhou Xiao seakan jatuh ke lantai. Tapi dia masih berusaha untuk mencuci beras seakan tidak terjadi apa-apa, tangannya sedikit bergetar
Adik Laki-laki Zhou Xiao yang baru saja bangun tidur, membuka mata sambil menggosok matanya. Suaranya yang samar-samar terdengar sampai ke dapur. “Kamu cari siapa?” Terdengar suara adik laki-laki Zhou Xiao
“Kamu sudah tidak ingat padaku?” Terdengar suara Zhao Fanzhou.
“Kamu siapa?” Adik laki-laki Zhou Xiao kembali menggosok matanya
“Kamu sudah tumbuh besar dan menjadi begitu tinggi.”
Zhou Xiao hampir gila, ini sudah masa apa? Memangnya dia sedang syuting reality show ‘lama tak jumpa, masih ingatkah padaku’?
Orang tua Zhou Xiao pun berjalan keluar dengan kebingungan, Zhou Xiao mengikuti di belakang mereka. “Paman, Bibi, apa kabar?” kata Zhao Fanzhou sambil tersenyum
Papa dan Mama Zhou Xiao berbalik untuk menatap Zhou Xiao, Zhou Xiao segera memasang wajah terkejut dan tidak percaya, menunjuk padanya dan berkata, “Kamu… kenapa kamu bisa di sini?”
“Kamu mantan pacar Jiejie?” Adik laki-laki Zhou Xiao sudah menyadarinya, dia maju satu langkah dan berdiri di depan Zhou Xiao, wajahnya seakan ingin memulai perkelahian. Kalau saja situasinya tidak seseram ini, Zhou Xiao benar-benar tersentuh. Adiknya sudah berubah menjadi seorang lelaki kecil yang bisa melindungi saudara perempuannya
“Keluar, keluarga kami tidak menyambutmu,” kata Zhou Mama dengan wajah marah
Zhao Fanzhou masih menggantungkan senyuman dan berkata, “Bibi, aku tahu sebelumnya aku memang salah. Aku benar-benar sudah menyadari kesalahanku. Aku datang kemari dengan niat tulus untuk minta maaf. Aku harap Bibi dan Paman dapat memaafkanku.”
“Keluar.” Zhou Mama menunjuk pada pintu, tangannya bergetar karena kemarahannya yang memuncak
“Bibi….” Zhao Fanzhou masih ingin mengatakan sesuatu. Tiba-tiba adik Zhou Xiao mendorong tubuhnya dan berteriak, “Mamaku menyuruhmu keluar!”
Zhao Fanzhou yang terkejut, mundur satu langkah dan hampir menabrak pintu. Dalam keadaan penuh dengan permusuhan, hal apapun dapat terjadi
“Kamu keluar dulu.” kata Papa Zhou Xiao dengan tenang, “Sekarang emosi semua orang sedang tidak stabil.”
Zhao Fanzhou mengangguk dan berkata, “Bibi, Paman, maafkan aku. Aku telah membuat kalian marah, aku akan menunggu di luar pintu.” Setelah mengatakannya dia berjalan keluar dan menutup pintu
Ruang tamu
Zhou Papa sedang mengoleskan balsem pada dada Zhou Mama, tadi karena dia terlalu marah sehingga dada Zhou Mama terasa sakit. Zhou Xiao tidak berani bersuara, sedikit ketakutan, wajahnya penuh dengan airmata. Memang dia yang tidak baik, dia selalu membuat Mamanya marah
“Kamu sudah berusia berapa tahun, untuk apa masih marah sampai seperti ini terhadap orang lain.” Papa tidak bisa menahan diri untuk mengatakan beberapa hal untuk mengingatkan Zhou Mama
“Mungkinkah aku tidak marah? Dia masih berani datang ke rumah kita! Teringat dulu bagaimana aku memperlakukannya, tapi bagaimana dia memperlakukan putriku?” Zhou Mama mulai marah lagi, mendongak dan ingin berbicara dengan Zhou Xiao. Melihat wajah Zhou Xiao yang penuh dengan air mata, dia merendahkan nada suaranya, “Aku bukan memarahimu, kenapa kamu menangis? Hapus air matamu, jelek sekali.”
Zhou Xiao menghapus air matanya, “Ma, maafkan aku.”
“Minta maaf untuk apa, ini bukan salahmu.” kata Zhao Mama ketus, menariknya untuk duduk di sampingnya dan berkata pada Zhou Papa, “kamu pergi masak beras yang tadi dicuci oleh Zhou Xiao.”
“Kamu katakan dengan jujur pada Mama, dia masih berusaha menjeratmu?” kata Zhou Mama sambil menarik tangannya. Zhou Xiao tidak berani bersuara, menggelengkan kepalanya dengan perasaan bersalah. “Benar-benar tidak?”
Zhou Xiao tidak berani menatap mata Mamanya, dia menatap jari kakinya dan tidak mengeluarkan suara
“Ya Tuhan, dosa macam apa yang kami perbuat. Pantas saja setiap kencan buta tidak pernah ada berhasil.” Hanya seorang Ibu yang tahu perasaan putrinya, melihat wajahnya saja Zhou Mama sudah bisa menebak apa yang terjadi, “Kamu ingin membuatku marah ya?”
“Mama, jangan marah. Aku akan putus dengannya.” Zhou Xiao melihat Mamanya seakan sulit bernafas, merasa cemas, “aku benar-benar akan putus dengannya, sekarang juga.”
“Baik, kalau begitu kamu suruh dia masuk sekarang.”
Zhao Fanzhou masih berdiri di depan pintu, melamun sambil menatap Fai Chun* yang terpasang di depan rumah mereka. Waktu berlalu dengan begitu lambat, dia dapat menghitungnya dari setiap detak jantung dan kedipan matanya sendiri
(T/N: Fai chun adalah dekorasi tradisional yang sering digunakan selama Tahun Baru Imlek. Orang-orang menaruh fai chun di ambang pintu untuk menciptakan suasana pesta yang meriah karena ungkapan yang tertulis di situ berarti keberuntungan dan kemakmuran)
Zhou Xiao menarik langkah kakinya yang berat dan membuka pintu, berkata pada Zhao Fanzhou yang berada di luar, “Mamaku menyuruhmu masuk.”Zhao Fanzhou melihatnya sekilas, tatapan matanya seolah menghindarinya, kepercayaan dirinya pun hilang
Zhou Papa dan Zhou mama duduk di sofa ruang tamu, Zhou Mama berkata pada dua orang yang baru masuk itu, “Duduklah.”
Zhou Xiao melewati meja kopi dan duduk di sofa terjauh. Zhao Fanzhou duduk di sofa dekat pintu. Melalui meja kopi, Zhao Fanzhou ingin melihat ekspresi wajah Zhou Xiao, namun dia kerap kali menundukkan kepalanya
“Paman, Bibi, pada hari ini aku sengaja kemari untuk bersungguh-sungguh minta maaf pada kalian. Aku berharap kalian dapat mengampuniku, memberikan satu kesempatan lagi untukku mengejar Zhou Xiao.” Zhao Fanzhou tidak mendapatkan tanggapan dari Zhou Xiao, hatinya lebih kehilangan kepercayaan diri
“Hmph, tidak usah berkata dengan begitu indah. Masalah kalian, aku sudah tahu. Tidak usah berakting di depan kami lagi.” Zhou Mama berpose bagaikan Ibu Suri. “Karena hari ini kamu sudah datang ke rumahku, setiap orang yang datang adalah tamu. Sikapku tadi, memang tidak baik.”
Sikap Zhou Mama membuat Zhao Fanzhou ketakutan dan berkata, “Tidak, tidak, itu karena kemunculanku yang tiba-tiba.”
Zhou Mama menelan ludah dan berkata, “Begini saja, aku tahu bagaimana putriku sendiri. Tidak ada yang salah dalam dirinya, hanya saja dia tidak bisa berpikiran terbuka. Tapi, dia masih muda. Tidak berpikiran terbuka itu hal yang wajar. Kesalahan ada pada kami sebagai orang tua yang ikut mendukungnya… Dulu, menyerahkan putri kami kepadamu memang kelalaianku, aku juga mengakuinya. Sekarang, aku tidak akan mungkin melakukan kesalahan yang sama lagi.”
“Bibi, jangan berbicara seperti itu. Sebelumnya memang aku yang salah, aku sudah tahu itu. Kedepannya, aku akan baik terhadap Zhou Xiao, mohon Bibi memberikan satu kesempatan lagi.” Zhao Fanzhou berkata dengan tulus
Zhou Papa yang sedari tadi tidak berbicara, tiba-tiba berkata, “Ini bukan masalah memberikan kesempatan atau tidak. Dulu, kami percaya kamu akan baik terhadap putri kami, jadi kami dengan tenang menyerahkan dia kepadamu. Hal ini sudah membuktikan kamu tidak menyayanginya. Seandainya kamu tidak menyayanginya, ya sudah. Putri dari keluarga mana, pasti disayang oleh keluarganya. Kamu tidak menyayanginya, kami menyayanginya.”
Kata-kata Zhou Papa dan Zhou Mama membuat mata Zhou Xiao terasa panas, rasanya sudah ingin kembali menangis
“Paman…. ke depannya aku akan bersikap baik terhadapnya.” Zhao Fanzhou seakan dikelilingi musuh, dia mulai merasa sekarat, “Dulu aku masih terlalu muda, tidak tahu bagaimana bersikap baik terhadapnya. Selalu melakukan semua hal dengan mempertimbangkan sudut pandangku sendiri. Tapi, sekarang aku tidak akan seperti itu lagi. Aku sudah tahu berbuat seperti apa yang baik untuknya. Kalian tidak bisa memaafkanku, aku bisa mengerti. Tapi, aku mohon untuk memberikan satu kesempatan untuk aku membuktikannya.”
“Zhou Xiao, berbicaralah.” Zhou Mama tiba-tiba berkata pada Zhou Xiao yang sedari tadi diam
Zhou Xiao mendongak dan menatap Mamanya, kemudian berbalik dan berkata pada Zhao Fanzhou dengan suara rendah, “Kita putus saja.”Zhao Fanzhou yang tidak menyangka akan menerima cambukan seperti ini, hanya bisa tertegun. Kepalanya kosong, menatap Zhou Xiao datar dan tidak bisa berkata apa-apa. Ponselnya sudah berbunyi cukup lama, Zhao Fanzhou baru tersadar dari lamunannya. Kapan dia kembali ke hotel?
“Mama.”
“Fanzhou, bagaimana pembicaraanmu dengan orang tua Zhou Xiao hari ini?”
“Mereka sangat marah.”
“Begitu ya? Lalu bagaimana?” Suara Bibinya terdengar cemas
Zhao Fanzhou tiba-tiba terpikir sebuah ide, mungkin sekarang sudah saatnya mengeluarkan kartu as, mamanya. Meskipun sedikit terlihat pengecut, asalkan efektif itu bukanlah masalah. “Ma, bisakah kamu meluangkan waktu untuk datang kemari?”