The Sweet Love Story - Chapter 63
Kerja keras Zhao Fanzhou selama Festival Musim Semi yang menggetarkan langit dan bumi akhirnya berhasil menggetarkan hati Mama Zhou Xiao, dia berhasil membawa pulang wanita cantiknya.
Tapi, wanita cantik itu belakangan ini sedang sangat emosional. Dikatakan bahwa Manajer Departemennya yang sebenarnya sangat baik itu memutuskan untuk pensiun, diganti dengan seorang Manajer baru yang selalu mencari masalah dengannya.
Zhou Xiao mengambil kesempatan pada jam istirahat siang untuk menelepon Zhao Fanzhou, ingin mengeluh tentang betapa gilanya Manajer baru itu, tapi Zhao Fanzhou sedang rapat dan tidak ada waktu untuk meladeninya. Pulang kerja juga mengatakan tidak ada waktu untuk menjemputnya. Pada malam hari, tentu saja lebih tidak punya waktu untuk makan malam bersamanya. Belakangan ini Zhao Fanzhou sibuk setengah mati, setiap kali Zhou Xiao mencarinya dia selalu tidak punya waktu luang.
Bagus! Setelah mendapatkannya, sekarang sudah tidak punya waktu ya? Zhou Xiao ingin lihat kapan baru dia punya waktu lagi untuknya. Zhao Fanzhou yang sedang rapat di lantai 17 perusahaannya, tiba-tiba punggungnya terasa dingin. Sepertinya akan ada pertanda buruk.
Ketika Zhao Fanzhou sampai di rumahnya, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dia menyalakan lampu, terkejut oleh Zhou Xiao yang sedang duduk di atas sofa.
“Sudah begitu malam kenapa kamu ada di sini? Kenapa tidak menyalakan lampu?” tanyanya sambil melepaskan sepatu. Zhou Xiao meliriknya, melarikan diri ke arah pintu, “Aku pulang dulu.”
Zhao Fanzhou memegang pergelangan tangannya, menariknya ke dalam pelukannya, “Kenapa? Masalah pekerjaan? Kalau tidak suka, tidak usah kerja lagi.”
“Aku tidak apa-apa, biarkan aku pulang.” Tangan Zhou Xiao yang berada di pinggang Zhao Fanzhou, menggambar lingkaran di sana dengan jari tangannya. Zhao Fanzhou menarik turun tangan Zhou Xiao, menatapnya dengan tidak setuju, “Sebenarnya ada apa?”
“Tidak, aku hanya merindukanmu.” Zhou Xiao tersenyum dengan menawan, menggigit sekilas bibir Zhao Fanzhou.
Makanan lezat yang sudah diantarkan sampai ke depan pintunya, kenapa tidak dinikmati. Zhao Fanzhou tersenyum dan meraihnya, menghisap bibirnya dengan kuat.
Zhou Xiao mendorongnya menjauh saat Zhao Fanzhou mulai memejamkan matanya, “Kamu pasti sangat lelah, pergilah mandi.”
Zhao Fanzhou yang masih terlalu mabuk karena ciuman panas tadi, mengabaikannya dan ingin kembali melanjutkan. Zhou Xiao memutar kepalanya untuk menghindarinya dan mendorong tubuhnya, “Pergilah mandi, apa kamu tidak mendengarnya?”
Zhao Fanzhou berhenti, menatapnya dan bertanya untuk memastikan, “Yang kamu katakan itu benar?”
“Kalau tidak mau ya lupakan saja.” Zhou Xiao beranjak pergi, Zhao Fanzhou kembali menarik tangannya lagi dan berkata, “Aku akan segera mandi.””Pergilah.” Zhou Xiao menunjukkan senyum malu-malu.
Zhao Fanzhou memasuki kamar mandi dengan sedikit perasaan bersemangat. Ketika dia sedang mencuci muka di wastafel dan merasa lebih tenang, dia merasa ada yang tidak beres. Ini bukan seperti Zhou Xiao yang biasanya. Dia berbalik dan keluar, menemukan Zhou Xiao sudah berbaring di ranjang dengan satu tangan menyangga kepalanya dan tersenyum kepadanya, sungguh manis.
Baiklah, Zhao Fanzhou mengakui mungkin dia terlalu curigaan. Dia kembali masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa senyum tak percaya. Menyelesaikan acara mandi untuk menghadapi pertempuran. Ketika dia keluar, ruangan sudah kosong. Hanya ada sebuah catatan yang berada di tempat tidur, “Sayangku, tiba-tiba aku teringat aku ada urusan, manajer gila itu lho…. Sudahlah, lagipula kamu tidak ada waktu untuk mendengarkan masalahku. Aku pulang dulu. Kita lanjutkan lain kali, aku cinta kamu.”
Zhao Fanzhou memegang kertas itu dan berdiri disisi tempat tidur, senyum pahit terukir di wajahnya.
Keesokan harinya, Zhao Fanzhou pulang ke rumah. Ada cahaya yang terlihat dari bawah pintu rumahnya, membuktikan ada seseorang di dalam. Dia menghela napas dan membuka pintu, tidak ada orang? Tercium aroma masakan dari dapur, sangat mengundang selera. Dia berjalan perlahan ke dalam dapur, Zhou Xiao sedang masak apa. Dia mengetuk pintu, Zhou Xiao menoleh dan tersenyum, “Sudah pulang? Pergi mandi dulu, setelah itu keluarlah untuk makan.”
Dia berjalan ke sana, memeluk pinggangnya dari belakang, membenamkan kepalanya di rambutnya dan menarik napas, hmm… ada aroma shampoo di sana dan… aroma asap.
Zhou Xiao mendorong perut Zhao Fanzhou dengan sikunya, “Pergi mandi, cepatlah, supnya sudah hampir matang.” Zhao Fanzhou menolak untuk pergi, mengencangkan pelukan di pinggangnya, “Cium dulu sebentar, baru aku pergi mandi.”
Zhou Xiao memutar bola matanya, memutar kepalanya dan mengecup sekilas bibirnya, “Sudah, mandi sana.”
Zhao Fanzhou tidak keberatan, dia menggigit leher Zhou Xiao dan melepaskannya. Ketika Zhao Fanzhou berjalan keluar dari pintu dapur, tiba-tiba teringat sesuatu dan menoleh untuk menambahkan, “Kalau kamu memainkan trik seperti yang kemarin lagi, lihat bagaimana aku akan memberikanmu pelajaran.”
“Pergi mandi sana, cerewet sekali. Siapa yang sedang bermain trik denganmu, aku sedang melancarkan aksi protes kemarin.” Zhou Xiao mengecilkan api, berkata tanpa mendongakkan kepala.
Sekali lagi, begitu dia selesai mandi, Zhou Xiao sudah tidak ada di rumahnya. Hanya tersisa catatan besar yang diletakkan di atas meja makan, “Kulihat kamu sangat lelah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Kurasa kamu juga tidak punya waktu untuk makan, makanan yang sudah dimasak akan kuberikan untuk Ruanruan. Di dalam lemari es masih ada bahan makanan, tapi belum dimasak. Kalau ada waktu, masaklah sendiri. Dengan hormat.”
Zhao Fanzhou berdiri di dapur yang penuh dengan aroma makanan, perutnya berbunyi karena lapar.
“Xue Jie, kamu sangat baik. Masih memasak begitu banyak makanan untukku.” Yuan Ruanruan makan sambil mengucapkan terima kasih.
“Makanlah lebih banyak. Oh iya, beberapa hari ini kalau Zhao Fanzhou datang mencariku, katakan saja aku tidak ada.” Zhou Xiao menatap layar ponsel di tangannya, ada pesan teks dari Zhao Fanzhou, sangat singkat - Lihat bagaimana aku memberikanmu pelajaran!
“Kenapa? Kalian bertengkar?” Yuan Ruanruan bertanya sambil menggigit sumpit.
“Tidak, aku hanya ingin mengajarinya bagaimana caranya bersikap seperti manusia.” kata Zhou Xiao, sebenarnya dia agak takut, tapi masih ingin mencari cara untuk bersembunyi darinya beberapa hari.
“Kalau dia bertanya kamu pergi ke mana?”
“Katakan saja aku pergi ke luar negeri.” kata Zhou Xiao setelah bermeditasi beberapa saat.
“Kenapa kamu ke luar negeri, bukankah kamu bahkan tidak memiliki paspor?” Yuan Ruanruan menatapnya dan bertanya.
“Siapa yang bilang aku benar-benar ke luar negeri, aku hanya melakukan perjalanan wisata untuk menghindari pusat perhatian.” Zhou Xiao mendorong kepala Yuan Ruanruan, bocah ini memang terlalu bodoh.
“Memangnya apa yang kamu lakukan sampai harus menghindari pusat perhatian?” Yuan Ruanruan tidak mengerti, memangnya masalah seserius apa.
“Sebenarnya tidak ada masalah besar, hanya saja sejak aku masuk ke perusahaan ini, aku belum pernah mengambil cuti. Jadi, aku memutuskan untuk mengambil cuti dan pergi liburan. Kalau aku bilang ingin pergi berlibur, pasti dia akan memintaku untuk menunggunya dan pergi bersama. Dia begitu sibuk, menunggu sampai dia ada waktu sama saja menunggu sampai rambut berubah menjadi putih.” Zhou Xiao tiba-tiba merasa dirinya sangat berbakat.
Dia bahkan bisa memikirkan cara seperti ini, bisa pergi berjalan-jalan, sekalian juga bisa membuat Zhao Fanzhou ketar-ketir.
“Apa ini baik? Tidak akan terjadi masalah kan?” Yuan Ruanruan merasa khawatir.
“Bodoh, memangnya akan terjadi masalah apa. Aku cuma ingin menggodanya saja.” Zhou Xiao melambaikan tangannya, “Lagipula, aku cuma pergi selama beberapa hari, biarkan dia merasa sedikit cemas. Siapa suruh dia selalu meninggalkanku, kali ini aku yang akan meninggalkan dia.”
“Kamu mau pergi ke mana? Kapan perginya?”
“Belum tahu mau ke mana, aku merencanakannya secara mendadak. Kapan permintaan cutiku disetujui, pada saat itulah aku akan pergi.” kata Zhou Xiao setelah mempertimbangkannya.
Keesokan harinya, sesampainya di kantor Zhou Xiao langsung menyerahkan formulir permohonan cuti. Tak disangka, sore itu juga permohonan cutinya disetujui, bahkan cuti yang disetujui adalah 10 hari. Benar-benar kapitalis yang masih punya hati nurani.
Jadi, dia mulai mencari rekomendasi perjalanan sebelum jam kerja berakhir. Dia memutuskan untuk pergi ke Suzhou, pergi melihat taman Suzhou yang legendaris itu.
Ketika pulang kerja, Zhou Xiao pergi ke Bandara untuk memesan tiket pesawat.
Kemudian, dia pulang ke rumah untuk membereskan barang-barangnya. Semua persiapannya selesai, waktu baru menunjukkan pukul 10 malam.
Tiba-tiba dia merasa sepertinya semuanya berjalan terlalu lancar ya?
Jadi, hari berikutnya Zhou Xiao menginjakkan kaki pada perjalanan liburannya dan menelepon Yuan Ruanruan sebelum naik ke atas pesawat. “Ruanruan, aku pergi liburan ya, sekarang sudah mau naik ke atas pesawat.”
“Apa? A….” Ruanruan berteriak dari seberang sana, “Kamu sudah keterlaluan, kemarin malam juga tidak memberitahuku. Pantas saja aku mendengar suara-suara berisik dari kamarmu, entah apa yang sedang kamu lakukan.”
“Tidak mengobrol lagi, aku harus segera cek in.”
“Kamu pergi ke mana? Kapan pulang?” Yuan Ruanruan sibuk bertanya.
“Aku tidak akan memberitahumu, mulutmu begitu ember. Nanti kalau kamu dibodohi oleh Zhao Fanzhou si penjahat itu, pasti kamu akan mengkhianatiku.” Zhou Xiao menutup teleponnya, mengirimkan pesan teks kepada Zhao Fanzhou, lalu mematikan ponsel dan melakukan perjalanan wisata dengan hati riang gembira.
Zhao Fanzhou sedang rapat, ponsel bergetar dua kali di dalam sakunya. Tiba-tiba dia teringat Zhou Xiao dulu mengatakan kalau ‘suara ponsel bergetar seperti orang sedang kentut’, tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat sudut bibirnya.
Seluruh orang di ruang konferensi menjadi bingung. CEO ini pada detik sebelumnya sedang memarahi orang, di detik berikutnya dia tersenyum bagaikan angin di musim semi. Ada sarafnya yang bermasalah atau seseorang akan tertimpa musibah?
Keluar dari ruang konferensi, Zhao Fanzhou membuka pesan teks dari Zhou Xiao - Sayangku, menunggu sampai kamu punya waktu untuk memberikanku pelajaran, mungkin kamu sudah tidak bisa menemukanku lho.
Dia tersenyum dan membalas: Coba saja kalau kamu bisa bersembunyi sampai ke ujung dunia.
Setelah menunggu cukup lama tanpa mendapatkan balasan, mungkin saja dia sedang marah. Belakangan ini memang dia sangat sibuk, selalu tidak ada waktu untuk menemaninya. Beberapa hari lalu dia dipermainkan oleh Zhou Xiao, sebenarnya dia sedikitpun tidak merasa marah.
Setiap hari pulang kerja bisa melihatnya, kelelahan dan kemarahan yang menumpuk sepanjang hari karena pekerjaan, setiap melihat wajahnya yang tertawa pasti akan menghilang tanpa bekas.
Memikirkan sampai sini, dia kembali mengirimkan sebuah pesan teks kepadanya - maukah kamu pindah dan tinggal bersamaku?