The Sweet Love Story - Chapter 67
Zhou Xiao duduk dengan bodoh di tepi ranjang, matanya sakit, tenggorokannya sakit, kepalanya juga sakit. Ternyata menikah itu begitu menyakitkan. Begitu banyak tata cara yang harus dilakukan mungkinkah supaya orang berpikir berkali-kali dulu sebelum bercerai?
“Sana, mandi dulu.” Zhao Fanzhou mendorong tubuh Zhou Xiao yang sedang melamun.
“Kamu mandi dulu, aku sedang tidak ingin bergerak.” Zhou Xiao segera merebahkan seluruh tubuhnya di tempat tidur, seperti mayat.
Zhao Fanzhou mengulurkan tangan dan melepaskan sepatu Zhou Xia, melemparkannya ke lantai. Menepuk wajahnya dan berkata, “Aku mandi dulu, kamu jangan tidur.”
“Hmm.” Zhou Xiao melambaikan tangannya, “Aku sangat lelah, lain kali aku tidak mau menikah lagi.”
“Bodoh.” Zhao Fanzhou menggelengkan kepalanya, tersenyum dan berjalan pergi. Sebelum menutup pintu kamar mandi, dia kembali mengingatkan, “Jangan tidur.”
Pintu kamar mandi terbuka, Zhao Fanzhou keluar dengan mengenakan sandal. “Zhou Xiao, pergi mandi.” katanya sambil menyeka rambutnya.
Orang yang berbaring di ranjang sama sekali tidak bergerak, apa sudah tertidur? Zhao Fanzhou menghela napas, sudah dibilang jangan tidur, masih saja tidur! Dia melepaskan sandal di kakinya, membuka lemari dengan perlahan, mencarikan pakaian ganti untuknya. Ketika akan mengambil satu set pakaian dalam, dia sempat tertegun sejenak. Dia mengambil sebuah celana dalam dan pakaian dalam. Dia teringat dia pernah membaca sebuah majalah wanita saat sedang di Amerika, katanya wanita tidak baik tidur dengan mengenakan pakaian dalam. Jadi, dia kembali meletakkan pakaian dalam itu.
Dia kembali ke kamar mandi, meletakkan pakaian itu dengan baik. Kemudian keluar lagi dari kamar mandi dan kembali ke sisi tempat tidur. Mata Zhou Xiao benar-benar bengkak, riasan wajahnya sudah berantakan karena dia terus menangis, tapi dia masih merasa wanita ini sangat cantik. Mungkin, semua pengantin wanita itu sudah pasti cantik.
Zhao Fanzhou berjalan ke meja rias dan melihat botol-botol di atasnya, menatap label botol satu per satu. Akhirnya dia menemukan benda paling legendaris yang disebut, pembersih make-up. Dia membawa barang itu ke atas tempat tidur, dengan lembut memindahkan kepalanya ke atas pahanya. Dia sempat ragu beberapa detik, dia tidak tahu membersihkan make-up itu harus dimulai darima? Dia menuangkan pembersih make-up ke selembar kapas dan berkata padanya, “Zhou Xiao, aku akan membantumu membersihkan make-up.”
“Hmm.” Zhou Xiao bergumam, entah sudah bangun atau belum.
Dia menyeka wajahnya dengan lebut, setiap sentuhan pasti akan menghasilkan bekas riasan yang tebal di atas kapas. Penata rias ini terlalu kejam, kenapa menganggap wajahnya seperti sebuah dinding dan mencatnya dengan kuas?
Zhou Xiao terbangun karenanya, mengedipkan matanya dan melihat Zhao Fanzhou, “Kamu sedang apa?”
“Sudah bangun, kalau sudah bangun pergi mandi sana.” Zhao Fanzhou menariknya untuk bangkit dan menyerahkan pembersih make-up dan kapas itu kepadanya, “Cepat hapus makeup- mu, aku akan membantumu menyiapkan air untuk mandi.”
“Oh,” Zhou Xiao dengan patuh berpindah ke meja rias untuk membersihkan wajahnya.
“Sudah belum? Kalau sudah pergilah mandi. Bajumu sudah kuletakkan di dalam.” Sepuluh menit kemudian, Zhao Fanzhou keluar dari kamar mandi. “Sudah.” Zhou Xiao bangkit berdiri, berjalan masuk ke kamar mandi.
Zhou Xiao perlahan berbaring di bathtub, air panas yang mengalir di sekujur tubuhnya, membuatnya mengela napas dengan nyaman, rasanya sangat ingin tidur…
Sepuluh menit kemudian.
Pintu kamar mandi diketuk dua kali, terdengar suara Zhao Fanzhou dari luar, “Kamu jangan tidur di dalam. Kalau tidak, aku akan masuk dan menyeretmu keluar.”
“Aku tidak tidur.” Zhou Xiao berusaha keras membuka matanya, “Aku akan keluar, kamu jangan masuk.”
Zhou Xiao mengambil pakaian dari rak, berkali-kali mengguncang pakaiannya tapi tidak menemukan pakaian dalam. Baru saja ingin memanggil Zhao Fanzhou, tiba-tiba tersadar ini malam pertama mereka. Hatinya tidak bisa membantu untuk melompat dengan super cepat.
Dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan perlahan, berharap Zhao Fanzhou sudah tertidur. Sayangnya tidak, dia sedang bersandar di kepala tempat tidur dan membaca buku, terlihat sangat serius.
Zhao Fanzhou melihat Zhou Xiao keluar dari kamar mandi, meletakkan buku itu dan memberikan isyarat, “Kemari, aku akan membantu mengeringkan rambutmu.” Zhou Xiao berjalan perlahan ke sana, duduk di tepi ranjang. Zhao Fanzhou mengeluarkan pengering ramput dari nakas dan memasangnya di colokan, mendekatinya.
Punggung Zhou Xiao kaku, dia tidak bergerak. Angin panas yang meniup rambutnya, jari-jari Zhao Fanzhou yang menyentuh rambutnya, kadang tanpa sengaja menyentuh lehernya atau melewati daun telinganya. Dia tidak bisa menahan diri untuk menyusut, menyusut dan hampir saja terjatuh dari tempat tidur.
Zhao Fanzhou mengangkatnya dengan tidak berdaya, menekan kepalanya di pangkuannya, “Berbaring yang benar, jangan bergerak terus, tidur saja kalau mengantuk.”
Zhou Xiao menatapnya dengan heran, wajahnya sekan bertanya, “Aku boleh tidur?”
“Kalau mau tidur ya tidur saja. Kalau tidak, nanti kita akan melakukan hal yang lain.” Zhao Fanzhou mengangkat rambutnya dan terus mengeringkannya. “Ah, aku lelah. Aku tidur dulu.” Zhou Xiao dengan cepat memejamkan matanya.
Benar saja, dalam waktu kurang dari sepuluh menit, dia benar-benar tertidur. Kelihatannya dia sungguh kelelahan, Zhao Fanzhou menyisir rambut Zhou Xiao dengan jarinya, mungkinkah dikeringkan dua menit lagi rambutnya sudah cukup kering?
Zhou Xiao berbalik ke samping, sebuah benda yang lembut mengenai pahanya. Tangan Zhao Fanzhou yang memegang pengering rambut sedikit bergetar, matanya tidak bisa tidak melayang ke arah dadanya. Postur tubuhnya membuat lehernya sedikit terbuka dan dia bisa melihat kulitnya yang putih. Hmm…. tadi dia tidak menyiapkan pakaian dalam untuknya… jadi, di dalam baju tidurnya… kosong…
Dia berusaha keras menelan air lliurnya, mengambil napas dalam-dalam, perlahan menyingkirkan kepalanya dari pahanya. Memperbaiki posisinya dan menyandarkan kepala Zhou Xiao ke bantal, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.
Zhao Fanzhou menyimpan kembali pengering rambut, mematikan lampu kamar, menarik selimut dan berbaring di dalamnya. Menatap langit-langit kamar, ah, malam pertama mereka hanya seperti ini saja. Tidakkah terlalu mengecewakan para penonton?
Zhou Xiao bermimpi sangat panjang, di dalam mimpinya dia dan Zhao Fanzhou sudah menikah. Pernikahan yang sangat menlelahkan, lalu entah bagaimana dia sudah berbaring di tempat tidur dan kemudian Zhao Fanzhou menekan tubuhnya.
Zhou Xiao berusaha memicingkan matanya, eh yang benar saja? Zhao Fanzhou benar-benar sedang menekan tubuhnya? Menciumnya? Dia mambuka matanya! Kepalanya berada di depan matanya dan tersenyum padanya, “Hei, sudah bangun?”
“Em… sudah.” Dia menjawab dengan bodoh.
Pada saat Zhou Xiao akan membuka mulutnya untuk berbicara, bibir Zhao Fanzhou sudah membungkamnya, Tangannya juga sudah masuk dari bawah pakaiannya, menyentuhnya… menyentuhnya… ah… lidahnya berusaha membuka giginya dan mendesak untuk masuk… Tangan Zhao Fanzhou sudah berhasil meraih dadanya dan menangkupnya… Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum padaya, “Bakat tersembunyi, sepertinya aku sudah mendapatkannya.”
Zhou Xiao tertegun, butuh beberapa saat untuk mengetahui apa maksud dari kata-katanya, wajahnya langsung memerah seakan bisa digunakan untuk menggoreng telur.
Ketika Zhou Xiao sedang melamun, Zhao Fanzhou sudah melepaskan pakaiannya sendiri dan melemparkannya ke lantai. Tangannya sudah bersiap untuk membuka kancing baju Zhou Xiao…
Zhou Xiao memegang erat kancing baju di dadanya, “Kamu mau apa?”
“Membuka kancing baju.” Dia memandang wanita itu yang seperti orang yang sedang berjuang keras mempertahankan keperawarannya, tertawa dan memutuskan untuk membuka kancing dari paling bawah.
“Bukan…. tunggu sebentar.” Zhou Xiao menyadari metode memegang kancing baju di dadanya gagal, dia menyingkirkan tangannya, “Ini masih siang.”
“Lalu siapa yang pada saat harusnya malam pertama malah tidur seperti babi?” Dia menghentikan tangannya dan setengah membungkuk di atas tubuhnya.
“Tapi….” Zhou Xiao memasang wajah sedih, “Ini sangat terang.”
Zhao Fanzhou memutar bola matanya, menarik selimut yang sempat dia tendang sampai ke ujung jendela dan menutup tubuh kedua orang itu, “Sekarang tidak terang lagi kan.”
Di dalam kamar yang cukup besar itu, ada percakapan samar antara seorang pria dan wanita.
Wanita: “Tapi…”
Pria: “Tidak ada tapi-tapian!”
Wanita: “Tunggu sebentar.”
Pria: “Tidak mau menunggu.”
Wanita: “Ah! Nanti sakit.”
Pria: “Tahan sebentar.”
Wanita: “Sakit jiwa, kenapa harus aku yang tahan?”
Pria: “……”
Wanita: “Aku benci kamu.”
Pria: “……”
Ketika Zhou Xiao terbangun lagi, waktu sudah cukup siang. Zhao Fanzhou sudah tidak berada di sampingnya lagi. Dia perlahan membuka pintu kamar, melihat Zhao Fanzhou sedang membuat keributan di dalam dapur, menyebarkan aroma yang agak aneh.
Zhou Xiao memeluk punggungnya dari belakang dan bertanya, “Kamu sedang apa?”
“Memasak untuk istriku.” Dia mengaduk sepanci benda yang berwarna aneh dengan sendok sup.
Zhou Xiao menjulurkan kepala dari punggungnya untuk melihat, “Apaan ini? Kamu tidak berniat untuk meracuni istrinya pada hari pertama pernikahan kan?”
Dia mengetuk kepala Zhou Xiao yang terjulur, “Ini makanan segar dan baru saja di masak, Nyonya Zhao. Aku belum rela untuk meracunimu. Ambil dua buah mangkuk dan duduklah di meja makan.”
“Oh,” Zhou Xiao dengan patuh mengambil dua buang mangkuk dan duduk di meja makan, memainkan peran menunggu untuk diberi makan.
Zhao Fanzhou keluar dengan membawa panci dan meletakkannya di meja makan. Dia meraih mangkuk Zhou Xiao, menuang sup ke dalamnya sambil berkata, “Tadi Mama baru saja menelepon, mereka masih di hotel, nanti kita pergi makan siang bersama mereka.”
“Oh,” Zhou Xiao makan satu teguk sup. Meskipun warnanya agak aneh, tapi rasanya cukup enak, “Sup apa ini?”
“Tidak tahu.” Zhao Fanzhou juga makan sup itu seteguk. “Beberapa hari lalu Mama memberikan sekantong besar bahan ini, bilang memasaknya dengan campuran tulang saja sudah boleh.”
“Oh,” Zhou Xiao sudah terlalu malas untuk bertanya, dia minum sup itu dalam satu hitungan napas.
Makan siang.
Di depan pintu masuk restoran, Zhou Xiao melepaskan tangan mereka yang bergandengan, merapikan pakaiannya dan masuk ke dalam restoran. Zhao Fanzhou melihat tingkahnya yang sedang menyembunyikan sesuatu dengan lucu, ikut dengannya untuk masuk ke dalam.
“Bibi” “Papa, Mama.” Kedua orang itu berbicara pada saat yang bersamaan. Perbedaannya ada pada kata-kata ‘Bibi’ yang dilontarkan oleh Zhou Xiao dan membuat semua orang di meja itu saling memandang. Kata-kata ‘Papa Mama’ dari Zhao Fanzhou membuat para tetua itu tertawa senang.
Zhou Xiao tersenyum dan kembali mengulanginya, “Mama.”Zhao Mama tersenyum dan meraih tangannya, “Anak baik, lain kali tidak boleh panggil aku Bibi lagi ya.”
Wajah Zhou Xiao memerah, tangannya menarik ujung pakaian Zhao Fanzhou di bawah meja. Zhao Fanzhou mengambil menu makanan dan bertanya, “Pa, sudah pesan makanan?”
Zhou Papa tersenyum dan menjawab, “Belum, menunggu kalian.”
“Hehe, aku ketiduran.” Zhou Xiao menjawab dengan tanpa perasaan bersalah. Tiga orang dewasa di meja itu saling bertukar tatapan penuh arti.
“Jie, kamu sudah menjadi istri orang, kenapa tidurnya masih larut malam,” Kata adik laki-laki yang dibiarkan duduk di sudut. “Anak kecil mengerti apa.” Zhou Mama mengetuk kepalanya.
Zhou Xiao baru menyadari, dia masih pengantin baru. Bagaimana mungkin membiarkan ibu mertuanya tahu sifat malasnya, dengan cepat dia memperbaikinya, “Sebenarnya, aku biasanya tidak bangun sesiang ini.”
“Aku mengerti.” Zhao Mama menepuk tangannya untuk menenangkan, senyumnya sangat bahagia, “Anak muda kan.”
“Dulunya aku biasa bangun pagi, betul kan?” Zhou Xiao dengan bodoh menatap Zhao fanzhou, berusaha mencari dukungan.
“Iya, kamu biasa bangun pagi.” Zhao Fanzhou yang sedari tadi berusaha untuk tidak terlibat, meletakkan menu dengan tidak berdaya. Berdiri dan menuangkan teh untuk semua orang. Ketika dia akhirnya sampai pada Zhou Xiao, dia berisik, “Jangan dilanjutkan lagi, semakin dilukis, semakin hitam.”
“Kenapa?” Zhou Xiao bertanya dengan nada rendah.
“Memangnya kamu mau bilang kita tadi pagi melakukan apa?” Dia memberikan tatapan seolah ‘kamu ini benar-benar bodoh sampai tak tertolong lagi’. Sebentar saja dia sudah menyadarinya, seluruh aliran darah di tubuhnya mengalir ke wajahnya, ada kecenderungan wajahnya memerah sampai menemui ajal.
Semua orang tersenyum menatap interaksi pasangan pengantin baru itu. Menjadi pengantin baru memang menyenangkan, selalu menempel bagaikan prangko, bahkan menuangkan teh dan berbicara saja harus bisik-bisik.
Zhou Xiao yang makan sampai perutnya kenyang dan terlepas dari pandangan keluarganya, tersenyum ceria dan menggandeng tangan Zhao Fanzhou, “Aku kenyang sekali, ayo kita jalan-jalan.”
“Nanti baru jalan dua langkah kamu sudah berteriak kecapekan.” Zhao Fanzhou menunduk dan menatapnya.
“Tidak akan.” Zhou Xiao tidak terima, “Aku harus banyak olahraga. Kalau tidak, aku akan menjadi gemuk.””Bagaimana kalau aku merekomendasikan sebuah olahraga yang lain untukmu?” Zhao Fanzhou menyarankan dengan berbaik hati.
“Apa?”
“Ayo pulang, aku akan mengajarimu di atas tempat tidur.” Zhao Fanzhou tersenyum dengan maksud tersembunyi.
“Pergi saja sendiri, dasar mesum.” Dia mencubit lengan Zhao Fanzhou, “Kamu sungguh menyebalkan.””Zhao Fanzhou tertawa, “Kamu berpikir ke mana? Yang aku maksud itu yoga.”
Pintu kamar tertutup, terdengar percakapan samar antara pria dan wanita.
Wanita: “Kamu penipu.”
Pria: “Mana?”
Wanita: “Kamu bilang akan mengajariku yoga.”
Pria: “Besok baru dibahas.”
Wanita: “Hei, jangan tarik pakaianku, nanti robek.”
Pria: “Kalau robek, aku belikan yang baru.”
Wanita: “Baiklah, silakan dirobek.”
Pria: “……”
Zhou Xiao dengan lembut bersandar di dada Zhao Fanzhou, menusuk dadanya dengan jarinya, “Kamu sebenarnya sama sekali tidak bisa yoga kan?” Zhao Fanzhou tersenyum dan memegang tangan kecil yang jahil itu, menariknya ke mulutnya dan menggigitnya, “Untuk apa aku berlatih itu?”
Zhou Xiao menarik kembali tangannya yang digigit, berkata dengan kesal, “Lain kali aku tidak mau mempercayaimu lagi. Pria jahat!” Dua puluh menit kemudian, Zhou Xiao kembali terjatuh ke alam mimpi.
Zhao Fanzhou yang tidak bisa tidur, melihat jam, baru jam 11. Kemudian melihat Zhou Xiao yang tertutupi selimut, memperlihatkan pundaknya yang putih dan lembut, napasnya begitu teratur, bergerak naik dan turun.
Zhao Fanzhou memeluk pinggang Zhou Xiao dari belakang, menempelkan bburnya yang panas ke belakang lehernya, menggigit telinga Zhou Xiao dengan lembut, “Istriku.”
“Hmm?” Zhou Xiao yang tertidur pulas, sedikit menghela napas ketika dipeluk seperti itu, “Kenapa?”
“Aroma tubuhmu begitu harum.” Dia menggerakkan bibirnya ke punggung Zhou Xiao, “Kenapa kamu bisa begitu harum ya?”
“Karena aku menggunakan sabun mandi beraroma persik.” Zhou Xiao yang setengah sadar menjawab dengan sangat serius. Zhao Fanzhou tergoda dengan jawabannya. Sedikit menggunakan tenaga untuk membalikkan tubuhnya dan mencium bibir istrinya.
Zhou Xiao yang kehabisan kekuatan, menggunakan kekuatan terakhir dari tubuhnya untuk melirik Zhao Fanzhou dengan tajam, “Kamu ingin mulai lagi ya!”
Zhao Fanzhou menjawabnya dengan mudah, “Benar, bagaimana kamu bisa tahu?” tangan Zhao Fanzhou sudah melingkari pinggang Zhou Xiao, menariknya ke dalam pelukannya.
“Jauh-jauh dariku.” Dia menaikkan volume suaranya.
“Tidak mau.” Dia menutup mata Zhou Xiao dengan satu tangannya, “Cepat, tidur.”
Mata Zhou Xiao yang tertutup oleh tangan Zhao Fanzhou, ingin meliriknya pun tidak bisa. Dia memang benar-benar lelah, sekali lagi dia tertidur. Sebelum tertidur dia masih sempat berkata, “Tidak boleh menyentuhku lagi.”
Zhao Fanzhou melepaskan tangannya yang menutup mata Zhou Xiao, dengan lembut menjatuhkan ciuman di atas puncak kepalanya dan ikut jatuh tertidur.