You’re My Glory - Chapter 37 (Part 1)
Chapter ini diterjemahkan oleh Kak Retna (remi7noor)
Editor: Kak Nadita | Proofreader: Kak Glenn
Di rumah Yu Tu, pertemuan makan malam baru saja selesai. Setelah bertemu dengan kerabatnya, dia kembali ke kamarnya.
Riwayat WeChat-nya masih di pesan yang telah dia kirim. Yu Tu meletakkan ponselnya dan merasa sedikit cemas.
Apa dia harus menggunakan SIM-nya sebagai alasan?
Yu Tu membuka jendela dan udara dingin dari luar menghantam wajahnya. Bersandar di jendela, dia menyalakan sebatang rokok dan perlahan-lahan menjadi tenang.
Dibandingkan dengannya, Qiao JingJing hanya mengabaikannya dua hari. Kenapa jadi dia yang tegang sekarang?
Ponselnya yang ada di meja mulai berdering, Yu Tu meraih untuk menjawabnya. Itu adalah panggilan dari teman sekelas SMU-nya, Li Ming.
“Yu Tu, ada reuni teman sekelas SMU hari ini. Semua orang bernyanyi di KTV. Apa kamu datang?”
Yu Tu dengan bijaksana menolak, “Aku tidak akan pergi.”
“Aku tahu itu. Tetapi jika kamu benar-benar tidak ada kerjaan, datang saja. Qiao JingJing juga datang … “
Yu Tu tiba-tiba mengencangkan cengkeramannya di telepon dan memotongnya, “Tadi kamu bilang apa?”
Li Ming berkata, “Qiao JingJing, selebriti besar itu. Dia bilang dia akan datang ke reuni teman sekelasnya.”
Jari Yu Tu terbakar, tapi dia tidak peduli. “Kapan dia mengatakannya? Dimana?”
“Di grup obrolan kelas. Kamu tidak melihat obrolan itu? Pada awalnya, kurang dari dua puluh orang akan datang, tapi aku kira sudah hampir 30 sekarang. Ketua kelas harus cepat memindahkan semuanya ke ruangan yang lebih besar.”
Yu Tu menutup telepon dan mengetuk WeChat. Sudah ada beberapa ratus pesan di obrolan grup kelas. Dia tidak melihat obrolan mereka selama ini. Yu Tu mengklik dan jarinya dengan cepat menggulir beberapa kali. Lalu dia mengambil mantel dan berlari keluar.
Orang tuanya menonton TV di ruang tamu dan mereka terkejut melihatnya seperti ini. Mereka berdiri dan bertanya, “Apa yang terjadi?”
Yu Tu dengan cepat mengganti sepatunya. “Aku akan pergi keluar. Kalian tidak perlu menungguku, karena aku akan pulang terlambat.”
Setelah mengatakan itu, dia menutup pintu dan pergi.
Nyonya dan Tuan Yu saling memandang, “Oh sayang, berapa umurnya? Dia masih melakukan apa-apa dengan terburu-buru dan kacau-balau.”
Yu Tu juga merasa bahwa dia mungkin impulsif seperti siswa SMU. Tidak, dia tidak pernah begitu impulsif di SMU.
Ada terlalu banyak orang keluar rumah selama Tahun Baru Imlek. Taksi terjebak macet dalam lalu lintas beberapa ratus meter dari mal tempat KTV berada. Yu Tu segera turun dari mobil dan berjalan cepat.
Pada saat ini, Qiao JingJing sudah dikelilingi dan ditatap oleh teman sekelas di KTV untuk sementara waktu. Dia bahkan menyanyikan lagu yang ceria dan ringan.
Pei Pei duduk dengan gelisah di sampingnya, karena takut ada orang yang akan memfotonya diam-diam atau yang lainnya. Sebenarnya, dia terlalu cemas. Selebriti juga orang biasa. Terlebih lagi, semua orang di sini adalah teman SMA. Setelah berkumpul dan melongok sebentar dan rasa penasaran menghilang, mereka yang ingin bernyanyi pergi untuk bernyanyi dan mereka yang minum pergi untuk minum.
Tentu saja, tidak bisa dihindari bahwa orang-orang akan terus datang untuk berbicara atau menyambutnya dan meminta tanda tangan. Jadi kursi di sebelahnya sangat diminati. Kursi di sisi kirinya sudah diisi dengan Pei Pei menempatinya, tetapi kursi di sisi kanannya selalu berubah.
Semua orang bergiliran menyanyikan lagu. Ketua kelas sibuk menghitung jumlah orang. “Siapa lagi yang belum datang? Hei, dua siswa terbaik di kelas kita tidak datang?”
Seorang teman sekelas wanita berkata, “Aku bertanya kepada Xia Qing. Dia bilang ada acara keluarga, jadi dia tidak akan datang.”
Teman sekelas perempuan lain bertanya, “Lalu bagaimana dengan Yu Tu?”
Li Ming berkata, “Aku baru saja menelepon Yu Tu. Dia sepertinya tidak melihat grup obrolan kelas, dan dia juga tidak mengatakan apakah dia akan datang atau tidak.”
Qiao JingJing tampaknya mengobrol dengan teman sekelas di sebelahnya, tetapi perhatiannya benar-benar tertuju pada mereka. Dia diam-diam berpikir, “Oh, jadi dia belum melihat grup obrolan kelas. Tidak heran pria itu belum muncul … jadi jika mereka baru saja bicara di telepon, berapa lama yang dibutuhkan Yu Tu untuk datang ke sini?”
Sementara Qiao JingJing masih tenggelam dalam pikirannya, ketua kelas tiba-tiba bertanya kepadanya, “Qiao JingJing, apa kamu kenal Yu Tu dengan sangat baik? Kenapa kamu tidak meneleponnya saja?”
Teman sekelas lain menggema. “Oh ya. Kami semua telah melihat video kalian bermain bersama. Dia pasti akan menanggapimu.”
Qiao JingJing: “……”
Tentu saja tidak mungkin dia meneleponnya. Qiao JingJing memikirkan alasan untuk menolak ketika pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan keras.
Sosok tinggi dan tegap muncul di ambang pintu.
Semua orang melihat ke arah pintu pada saat yang sama. Ketua kelas berdiri dan berteriak, “Yu Tu!”
Qiao JingJing menundukkan kepalanya dengan cepat dan pura-pura bermain dengan ponselnya. Dia hanya menajamkan telinganya untuk mendengarkan percakapan di ruangan itu.
Bagaimanapun Yu Tu pernah menjadi sosok populer di sekolah, jadi kemunculannya di ruangan memicu keramaian kecil. Banyak orang menyambutnya dan suasana menjadi ramai.
“Yu Tu, kamu akhirnya tiba.”
“Kamu datang terlambat, jadi kamu harus minum sebagai hukuman.”
“Dewa pelajar, lama tidak bertemu. Apa yang kamu lakukan saat ini?”
“Yu Tu, kenapa kau masih sangat tampan? Aku sudah botak.”
“Yu Tu, kamu …”
Yu Tu bertukar sapa biasa dengan mereka. Setelah beberapa saat, kebisingan dan kegembiraan mereda. Ketua kelas menyambutnya, “Yu Tu, datang dan duduk di sini bersamaku dan minum bir.”
Yu Tu dengan sopan dan bijaksana menolak, “Nanti saja. Aku perlu melakukan sesuatu.”
Qiao JingJing diam-diam mengangkat kelopak matanya. Dalam garis pandangnya, sepasang kaki panjang lurus dan sempurna tanpa terburu-buru berjalan ke arahnya dan akhirnya berhenti di depannya.
Ruangan itu tiba-tiba tenang. Orang-orang yang bernyanyi tidak lagi bernyanyi. Bahkan musiknya menjadi lebih tenang.
Qiao JingJing tidak punya pilihan selain untuk mendongak. Yu Tu membungkuk, menatapnya, dan bertanya, “Apa karena aku?”
Perkataannya tidak memiliki awal atau akhir, tetapi Qiao JingJing tahu bahwa Yu Tu bertanya apakah dirinya ada di sini karena dia.
Iya. Lalu siapa lagi?
Qiao JingJing berkata dengan suara rendah, “Tidak ada urusan denganmu lagi.”
Yu Tu diam. Matanya yang memperhatikan dirinya langsung bersinar seperti bintang. Qiao JingJing merasa tidak nyaman dengan Yu Tu dan teman-teman sekelasnya yang memandanginya. Qiao JingJinh baru akan memberitahu Yu Tu untuk mencari tempat duduk, tetapi sebelum dia mengatakan apa-apa, ciuman lembut telah ditempatkan di bibirnya.
Yu Tu membungkuk dan menciumnya.
Qiao JingJing tertegun dan sejenak tidak tahu apa yang sedang terjadi. Hanya setelah beberapa detik dirinya berpikir untuk mendorong Yu Tu. Namun ketika dia mengangkat tangannya, Yu Tu sudah tahu sebelumnya apa yang akan dirinya lakukan dan bertindak terlebih dahulu, menangkap tangannya.
Ciuman ini tidak lama.
Yu Tu menghentikan aksinya sesaat, tetapi dia tidak bergeser darinya. Dia masih mempertahankan jarak sedekat ini dengan Qiao JingJing. Napasnya yang panas menyelimutinya.
“Mau pergi?”
Yu Tu menanyakan ini pada Qiao JingJing.
Qiao JingJing kesal dan ingin menendangnya. Semuanya sudah seperti ini; jika mereka tidak pergi, apa mereka akan menunggu untuk ditatap oleh teman sekelasnya?
Yu Tu mendapat jawaban dari ekspresi di matanya. Dia menariknya dan berkata kepada semua teman sekelas mereka yang terkejut, “Maaf, kami pergi dulu. Kalian semua bersenang-senanglah. “
Setelah itu, dia mengambil tangan Qiao JingJing dan meninggalkan ruang karaoke, meninggalkan sekelompok teman sekelas yang bengong.
Hanya setelah beberapa saat seseorang di ruangan itu bertanya dengan hati-hati, “Teman-teman, apa aku salah lihat?”
Teman sekelas lainnya bergumam sebagai jawaban, “Barangkali salah lihat.”
Qiao JingJing dan Yu Tu tidak lari jauh, Yu Tu menariknya ke tangga darurat KTV.
Qiao JingJing terengah-engah karena berlari. “Kamu, kamu ….”
Namun Yu Tu hanya menatapnya dan menekan, “Kenapa?”
Kenapa gadis ini tiba-tiba tidak lagi memberinya bahu yang dingin?
Qiao JingJing menenangkan napasnya lalu bertanya kepadanya, “Pada hari pertandingan pameran, ketika aku pergi untuk memberikan penghargaan kepada para kontestan, apa kaulmu menggunakan ponselku untuk membantuku mendapatkan dua Pentakill yang unik? Bukankah ku bilang kamu tidak akan memberiku hadiah ulang tahun? Jadi kenapa kamu memberiku hadiah?”
Yu Tu ingat hal ini. “Karena aku tidak bermain denganmu untuk mendapatkannya, jadi kupikir itu tidak masuk hitungan.”
Yu Tu mengerutkan kening, “Kamu marah karena hal ini?”
Tentu saja bukan karena ini.
Sebaliknya, itu karena Qiao JingJing membayangkan bagaimana pria ini telah memainkan game di ruang tunggu, mendapatkan hadiah ulang tahun untuk Qiao JingJing sambil menguatkan dirinya untuk selamanya berpisah darinya, bagaimana dia mati-matian memberi Qiao JingJing pentakill yang unik sebelum pertandingan pameran. Dan kemudian, Qiao JingJing sepertinya tiba-tiba mengerti sedikit tentang apa yang telah pria itu alami dan perjuangannya, serta, di bawah ketekunan dan perjuangan itu, gaya kasih sayang dan cinta Yu Tu.
“Bagaimana kamu tahu kata sandi ponselku?” Qiao JingJing tidak menjawab pertanyaan Yu Tu dan malah menanyakan hal ini. Kata sandi ponsel JingJing bukan “1316” yang digunakan untuk masuk ke rumahnya.
“Aku secara tidak sengaja memasukkannya ke dalam memori.” Gadis ini mengetiknya berkali-kali di hadapan Yu Tu.
“Kamu memainkan total dua pertandingan, bagaimana kamu bisa mendapatkan dua pentakill. Rankingku tidak begitu tinggi untuk bisa mendapatkan pentakill, kan?”
“Saat di game, aku bilang kepada rekan timku, ‘Beri aku uang. Aku jamin akan membimbing kalian menuju kemenangan.'”
Hah? Qiao JingJing agak terkejut.
“Di game kedua, seseorang berkata, ‘Kenapa aku harus?’ Aku bilang, ‘Pacarku sedang menonton. Bro, tolong bantu aku.’“
Qiao JingJing tidak bisa menahan tawa. “Sama sekali tidak seperti kamu kalau berbicara seperti itu.”
Yu Tu menatapnya. “Saat ini, aku sama sekali tidak seperti diriku.”
Memang, Yu Tu tidak tampak seperti dirinya sendiri …
Qiao JingJing memikirkan ciuman di ruang barusan. Dia tidak bisa menghentikan wajahnya dari rasa panas.
Tangan Yu Tu membelai rambutnya. “Tidak bisakah kita tidak berbicara tentang game?”
Tiba-tiba, suasananya menjadi berbahaya kembali.
“Lalu apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Qiao JingJing dengan suara rendah.
Suara Yu Tu agak rendah dan serak. “Ini artinya, kamu sudah menerimaku?”
Qiao JingJing menundukkan kepalanya dan mulai bermain dengan manset bulu di lengan bajunya. “Aku ingat waktu itu, aku juga menanyakan pertanyaan lain kepadamu.”
“Ya, ada satu tentang imigrasi ke Mars.”
“Kau harus terus menulis.”
Yu Tu terkejut. Senyum muncul di matanya. “Oke.”