You’re My Glory - Special 16
Chapter ini diterjemahkan oleh Kak Glenn dari versi bahasa Mandarin / glennalexei
Editor: June
Happy reading!
Setelah Yu Tu membawa Qiao JingJing ke penginapan di markas, ia buru-buru pergi untuk lembur. Fakta telah membuktikan, Direktur Yu secara pribadi menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja. Setiap hari ia sangat sibuk sehingga jarang bertemu dengan orang lain. Namun, Qiao JingJing tak begitu merisaukan hal ini. Sebelumnya, ia sudah menyiapkan hatinya, sebelum Satelit Shen diluncurkan, mereka pasti sangat sibuk.
Ia sangat lelah sepanjang waktu, maka ia ingin beristirahat dan bersantai sejenak, kemudian mulai mengadakan liburan yang menyenangkan.
Tak dapat disangkal bahwa markas ini benar-benar tempat yang baik untuk berlibur. Udaranya segar dan pemandangannya sangat bagus hingga sulit dilukiskan dengan kata-kata, masih juga bisa membungkus makanan untuk dimakan di tempat penginapan. Namun, semua kegiatan di tempat ini bebas. Setelah selesai, tak perlu menggunakan masker saat keluar. Meskipun beberapa hari pertama banyak pasang mata yang memperhatikan, tapi lambat laun kami semua pasti akan terbiasa.
Qiao JingJing yang pertama kali diizinkan oleh pihak markas menyusuri tempat ini, barulah kemudian para anggota keluarga berkumpul bersama dan menyusuri pinggiran kota.
Kelompok keluarga mendadak menjadi aktif. Kunjungan mereka tidak sama seperti turis, di markas juga tidak banyak kegiatan. Di rumah, mereka sibuk bekerja, sehingga suasana markas menjadi membosankan. Namun, saat Qiao JingJing datang, suasananya tidak sama. Kami semua seperti memiliki pemimpin tur!
Dengan cepat, Yu Tu yang sedang sibuk menerima banyak komentar dari teman-teman kerjanya.
Seperti contohnya, ada ucapan terima kasih dari Profesor Xiao.
“Istrimu sangat hebat! Sejak dia datang ke rumahku, Profesor Zhao berkata bahwa ia tak lagi bosan, tiap hari bermain di luar dengan senang. Saat pulang ke rumah malam harinya, ia menarikku untuk melihat foto-foto.”
“Xiao Yu, mengenai foto ini, aku punya pendapat. Bolehkah aku bicara dengan Xiao Qiao? Misalnya, untuk tempat yang sama, apakah butuh bantuan Profesor Zhao untuk memotretnya sebanyak sepuluh lembar? Mataku sudah tua, aku tak bisa melihat yang mana yang terlihat lebih baik.”
Tentu saja ada keluhan.
“Dulu saat aku pulang, istriku membuatkan aku sup menggunakan rice cooker. Saat istrimu datang, ia hanya membawa makanan dari luar untuk makan malam. Terkadang aku pulang, mereka belum pulang.”
Yu Tu menyampaikan hal ini kepada Qiao JingJing. Qiao JingJing punya alasan untuk hal seperti ini, “Kami ingin bersenang-senang. Kalian tak perlu khawatir dengan pekerjaan. Jika tidak, hati tidak akan tenang dan tidak bisa saling menemani. Berapa berat sih tekanan stres kalian.”
Prinsip istri yang seperti ini, Yu Tu bisa bicara apa lagi?
Tentu saja alasan istrinya bisa dikembalikan lagi ke teman-teman kerjanya, dan tak perlu berterima kasih untuk itu.
Teman-teman kerjanya bertanya, “Sepertinya beralasan, tapi apa lagi yang salah?”
Namun, beberapa hari kemudian, Qiao Jingjing malah khawatir terhadap istri Xiao Hu. Suatu hari, sebelum tidur, ia bertanya kepada Yu Tu, “Xiao Li sepertinya tak begitu senang. Bagaimana hubungan dia dan Xiao Hu?”
Yu Tu berkata dengan simpel, “Xiao Li beberapa saat lalu opname di rumah sakit, sedangkan Xiao Hu terlalu sibuk.”
Dia tak perlu berkata banyak, Qiao JingJing sudah mengerti.
“Kalau begitu, apakah kamu ingin aku melakukan sesuatu?”
Qiao JingJing juga tidak begitu yakin. Sepertinya apa yang dikatakan dan dilakukannya tak terlalu cocok.
“Tak perlu.” Yu Tu mempertimbangkan sejenak, lalu berkata, “Jika Xiao Li merasa bahwa ia dan Xiao Hu keberatan untuk membayar, kita juga tak bisa membujuknya.”
Qiao JingJing mendesah. Cinta dalam pernikahan Guru Yu terkadang benar-benar dingin dan tak berperasaan. Secara intelektual, ia setuju dengan Yu Tu, tapi Xiao Hu dan Xiao Li benar-benar orang baik.
Ia bersandar di dada Yu Tu, “Untungnya aku juga sangat sibuk. Jika tidak, kau yang akan disalahkan.”
” …..”
Yu Tu tak bicara, hanya membelai rambut Qiao Jingjing yang panjang. Qiao JingJing diam-diam menunduk, gerakannya melambat. Tak lama kemudian, telinganya mendengar suara napas dari balik baju suaminya.
Dia sudah tidur.
Qiao JingJing diam-diam menarik dirinya, membiarkan Yu Tu tidur dengan lelap. Ia memainkan rambut dan jari-jari tangannya, hatinya sangat puas sehingga ia menutup mata.
***
Tak lama lagi, hari peluncuran roket akan segera tiba.
Salah satu tempat terbaik untuk menonton adalah lapangan di depan menara kontrol, yang merupakan tempat terdekat untuk para astronot.
Setelah makan malam pada hari Sabtu malam, mereka terlebih dulu mengikuti staf ke tempat itu. Di sana, banyak orang telah berkumpul lebih dulu dari mereka.
Staf yang bertanggung jawab ada di dekat mereka, menunjuk gedung besar di belakang mereka, “Ini adalah pusat peluncuran, sekarang keluarga kalian ada di dalam gedung itu, mereka semua sangat gugup.”
Ada sedikit nada penyesalan dalam kata-katanya, “Awalnya kami ingin mengatur agar kalian semua bisa menonton di tengah lapangan. Namun, karena beberapa alasan, terpaksa harus dibatalkan.”
“Tak apa-apa, di sini juga bagus.” Seorang anggota keluarga tersenyum dan berkata, “Orang-orang lebih banyak di sini, sepertinya tidak semua orang ada di markas?” JingJing harus mengenakan maskernya.
Qiao JingJing yang mengenakan masker melambaikan tangan, “Sebentar lagi hari sudah gelap, kita bisa turun. Sebenarnya, meskipun sekarang juga bisa turun, kalian melihat peluncuran roket saja, tak perlu menghiraukan aku.”
Memang, roket LM-7 yang besar telah terlihat berdiri dari kejauhan. Semua orang memperhatikan dengan gembira, sama sekali tidak merasa bosan menunggu proses peluncuran.
Tak terasa mereka mengobrol, saat waktu peluncuran semakin dekat, terdengar suara komandan di lapangan yang menyiarkan pengumuman.
“Bersiap dalam dua menit.”
Awalnya anggota keluarga yang menyaksikan sangat berisik, tapi mendadak diam. Dari kejauhan, mereka melihat peluncuran roket.
“Bersiap dalam satu menit.”
“Lima puluh detik.”
“Empat puluh detik.”
“Tiga puluh detik.”
“Dua puluh detik.”
“Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu, tembak!”
Di bawah perintah Komandan, menara peluncuran menembakkan roket putih yang besar ke angkasa. Ekor apinya panjang dan stabil.
Sesaat saat take off, para penonton sangat tenang. Semua orang menatap langit malam, menatap roket yang terbang makin lama makin tinggi dan menjauh.
Terdengar suara sorakan yang riuh rendah di lapangan.
Roket berubah menjadi kilatan cahaya di langit. Sorakan para penonton berubah menjadi tepuk tangan tiada henti dan suara, “Peluncuran roket telah berhasil,” terdengar berkali-kali.
Qiao JingJing juga turut serta dalam kegembiraan itu, tapi masih ada perasaan mengganjal di hatinya. Ia mengambil ponselnya dan membuka siaran CCTV.
***
Dibandingkan dengan suasana di TKP, siaran langsung lebih tenang. Sebagian foto-fotonya menunjukkan peta simulasi real time dari peluncuran roket.
Stasiun TV yang menyiarkan siaran langsung terus mengumumkan, “Pelacakan radar yang dilakukan untuk Wenchang normal, sinyal telemetri normal, penerbangan Wenchang normal.” “Pelacakan dan sinyal telemetri normal.”
“….”
Semua negara memberitakan kabar mengenai situasi peluncuran roket.
Tak terasa, anggota keluarga mengelilingi Qiao JingJing, semuanya menonton siaran berita yang sebenarnya dari ponsel.
Pemisahan roket akan dilakukan dalam waktu kira-kira tiga menit.
Sebentar lagi, pemisahan yang pertama dan kedua akan sukses dilakukan.
Waktunya pemisahan roket.
Akhirnya, dalam waktu sepuluh menit, mesin kedua dimatikan, panah berhasil dipisahkan.
Satelit Shen akhirnya dikabarkan berhasil mencapai orbit.
***
Qiao QingJing menarik napas panjang, senyuman tampak jelas di wajahnya. Anggota keluarga yang menyaksikan di sekitarnya juga bersorak gembira.
Wang Dage berkata, “Aku benar-benar tidak mengerti. Apakah ini sudah berhasil?”
Hanya bisa mengatakan bahwa peluncuran roket telah berhasil. Ekspedisi Satelit Shen di luar angkasa baru saja dimulai. Namun, tak peduli apa pun, Satelit Shen telah berhasil diluncurkan.
Profesor Zhao, yang lebih memahami hal ini, menjelaskan kepada Wang Dage mengenai hal ini.
Qiao JingJing melihat ke langit malam tak terbatas di atas sana, dan menoleh ke arah gedung di belakangnya yang bersinar terang.
Satelit Shen, yang membawa mimpi Yu Tu dan banyak orang, meninggalkan Bumi, terbang di angkasa sesuai dengan orbit yang telah ditentukan. Bagaimana perasaan Yu Tu saat ini? Pastinya lebih bersemangat daripada dia.
Namun juga belum tentu. Sejak Guru Yu dipromosikan menjadi kepala desainer, ia menjadi lebih tenang dan tegas. Mungkin setelah situasi ini, ia tak lama lagi akan melihat analisis data secara real time.
Tiba-tiba aku ingin menemuinya, dan ingin bersamanya.
***
Anggota keluarga saat ini baru menemukan bahwa kerumunan orang yang menonton peluncuran roket sudah bubar, dan mereka satu-satunya anggota keluarga yang tersisa.
“Orang-orang sudah pergi.”
“Kalau begitu, kita juga kembali?”
Qiao JingJing melayangkan pandangannya ke arah yang jauh, dan tiba-tiba ingat kepastian yang dulu pernah diucapkan Yu Tu, “Tunggu, mungkin nanti ada wawancara. Kita lihat wawancara dulu, setelah itu baru pergi”.
Saat mengatakan demikian, reporter CCTV baru saja datang ke TKP dan mulai mewawancarai.
Orang pertama yang diwawancarai adalah Xiao Hu.
Qiao JingJing segera memberikan ponsel kepada Xiao Li, “Cepat lihat, Xiao Hu sedang diwawancarai.”
Xiao Li tertegun sejenak, pandangan matanya jatuh ke layar ponsel. Wartawan menanyakan banyak pertanyaan. Xiao Hu menjawabnya satu per satu dengan sabar. Dia biasanya adalah orang yang paling rendah hati dalam berkata-kata, tapi saat ini ia harus profesional di hadapan kamera.
Xiao Li melihat tanpa mengedipkan mata.
Wawancara Xiao Hu berlangsung cukup lama. Kemudian reporter mewawancarai Kepala Ilmuwan Satelit Shen, Sarjana Xiao. Ia menjawab pertanyaan reporter mengenai pentingnya penelitian Satelit Shen untuk tujuan ilmiah. Di akhir wawancara, ia menyatakan bahwa ia merasa sangat terhormat.
Semua bagian wawancara berakhir sampai di sini. Rekaman kamera terhenti dan siaran televisi kembali terhubung ke studio CCTV. Beberapa anggota keluarga menanyai Qiao JingJing, “Mengapa Yu Tu tidak menerima wawancara?”
Qiao JingJing sudah tahu dari awal bahwa Yu Tu mengatur wawancara untuk Xiao Hu. Ia angkat bicara dan berkata, “Reporter mewawancarai orang yang sekiranya cocok.”
Semuanya tertawa, “Kalau begitu, Direktur Yu termasuk orang yang sulit menolak ajakan orang lain.”
Xiao Li dengan linglung memegang ponsel, Qiao JingJing juga tidak terburu-buru memintanya. Sepintas, ia menoleh ke arah gedung di belakang, menyadari bahwa ia punya ide baru. “Bagaimana jika kami menunggu mereka keluar di sini, kemudian kembali bersama-sama?”
Ide ini segera disetujui semua orang. Mereka menganggukkan kepala, tapi juga ada beberapa orang yang khawatir, “Kapan mereka bisa keluar?”
Wang Dage berkata, “Aku tidak tahu, tapi jika kembali juga masih harus menunggu. Apakah kalian tidak mengantuk?”
Keluarga yang baru saja melihat peluncuran roket menggelengkan kepalanya. “Tidak bisa tidur, tidak bisa tidur. Bagaimana kalau kita mengobrol di sini saja?”
“Apakah kami boleh menunggu di sini?” Qiao JingJing bertanya kepada seorang staf.
Staf itu mengangguk, “Seharusnya boleh, asalkan tidak ribut tak masalah.”
Akhirnya begitulah keputusannya. Mereka sekarang berdiri di bagian tengah. Sekelompok orang berjalan menjauh, mencari jarak dimana mereka bisa melihat sebuah pintu besar. Sambil mengobrol mengenai berita, mereka menunggu anggota keluarga mereka keluar. Sekitar satu jam kemudian, terlihat beberapa orang keluar, tapi dari awal hingga akhir, mereka sama sekali tidak melihat sosok Yu Tu.
Profesor Zhao yang lebih berpengalaman berkata, “Ini pasti tanggung jawab orang-orang yang terlibat dalam peluncuran roket, yang bertanggung jawab dengan Satelit Shen di kemudian hari.”
Beberapa saat kemudian, Sarjana Xiao yang terlebih dulu keluar. Saat melihat mereka yang sedang menunggu, ia sangat terkejut. Sambil tersenyum, ia menunjuk Qiao JingJing, “Apakah ini idemu?”
Qiao JingJing menjawab dengan riang, “Ya.”
“Aku tahu, ada sepasang suami istri yang memiliki ide yang sama dan cerdas.”
“Kalian tunggu saja sebentar, peluncuran roket hari ini sangat ideal, tak mungkin terlambat.”
Tak disangka, Yu Tu berada di akademi lama. Ia begitu riang, sehingga Qiao JingJing tak bisa menahan tawa.
Para staf mengajak dua orang tua untuk lebih dulu pergi, kemudian mereka menunggu sampai anggota keluarga pergi. Yang terakhir di luar bangunan hanyalah Qiao JingJing dan Xiao Li. Qiao JingJing menunggu hingga sedikit mengantuk, akhirnya ia melihat Xiao Hu keluar. Xiao Hu terkejut melihat mereka berdua. Ia berkata dengan nada tak percaya kepada Xiao Li, “Apakah kamu sedang menungguku?”
Xiao Li merasa malu. Qiao Jingjing mewakilinya berkata, “Kalau tidak menunggumu, menunggu siapa lagi? Yu Tu adalah keluargaku, mengapa belum juga keluar?”
“Dia keluar bersamaku, sepertinya diajak ngobrol dengan seseorang, sebentar lagi keluar.” Xiao Hu menggaruk rambutnya, “Kami akan menemanimu menunggunya, kemudian pergi bersama-sama.”
“Jangan, jangan, jangan.” Qiao JingJing tak bisa apa-apa, apakah Xiao Hu bisa paham apa itu EQ dan IQ? “Kalian berdua jangan meributkan aku dan keluargaku, Yu Tu.”
Saat ia bicara, sudut matanya menangkap bayangan seseorang yang baru saja turun dari gedung. Qiao JingJing dengan cepat berkata, “Aku sudah melihatnya. Kalian pergi duluan saja. Cepatlah pergi, jangan membuat kami seperti bola lampu.” (T/N: bola lampu adalah istilah kiasan untuk seseorang yang melihat orang lain bermesraan).
Ia langsung lari tanpa menunggu Xiao Hu dan istrinya. Ia berjalan beberapa langkah ke arah Yu Tu dan menyambutnya, bahkan melihat Yu Tu menuruni tangga dan mengambil ponselnya.
Ponsel mereka berdua nonaktif, sekarang baru saja hendak dinyalakan, apakah ia ingin meneleponnya?
Qiao JingJing buru-buru menghentikan langkahnya, mengaktifkan ponselnya dalam modus getar. Beberapa saat setelahnya, Yu Tu sedang menelepon, ponsel Qiao JingJing sama sekali tidak bergetar.
Ini keterlaluan. Dia sedang menelepon siapa?
Qiao JingJing mengitari rerumputan di sampingnya, ia mendekati Yu Tu dari belakang. Setelah berada dalam jarak cukup dekat, ia ingin mengagetkannya, tapi kemudian ia mendengar Yu Tu berkata, “Ada banyak penelitian di balik Satelit Shen, tapi sejauh ini, misi telah selesai.”
Qiao JingJing tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia tahu dengan siapa Yu Tu berbicara. Itu adalah Guan Zai.
Penelitian Satelit Shen sangat berliku-liku, awalnya ini dirancang oleh Guan Zai dan Yu Tu. Kemudian, Guan Zai cuti sakit selama dua tahun, Yu Tu mengambil alih tugas Guan Zai. Kemudian, karena rencana itu ditangguhkan, Yu Tu melanjutkan rencana awal. Yu Tu mulai menolak, alasannya karena Guan Zai telah kembali. Setelah Guan Zai mengetahuinya, ia malah memarahinya. Karena kemajuan teknologi, rencana Satelit Shen berikutnya sudah berbeda. Waktu itu, tubuh Guan Zai tak mampu melakukan pekerjaan berat. Maka, tak diragukan lagi, Yu Tu adalah kandidat yang paling cocok. Akhirnya, Yu Tu mengambil alih tugas itu, dan menuntut lebih tinggi dari dirinya sendiri. Seumur-umur Guan Zai dirawat di rumah sakit, ia tak akan pernah melupakannya.
Sesaat, Qiao JingJing sedih sekaligus bangga. Ia memandang sosok pria yang berdiri di bawah cahaya malam hari. Pria ini sangat ambisius dengan cita-citanya. Di matanya, ia selalu seperti bintang-bintang yang bersinar.
***
Ponsel yang ada di tangannya mulai bergetar. Saat Qiao JingJing hendak mengangkatnya, ia baru menyadari bahwa Yu Tu telah selesai bicara dengan Guan Zai. Sekarang Yu Tu sedang meneleponnya.
Ia tak ingin melihat matanya yang memerah. Dengan cepat, ia bersembunyi di balik pohon kelapa, dengan ponsel yang masih aktif.
“Apa kau melihatnya?”
“Aku melihatnya.” Qiao JingJing mencengkeram ponselnya, dengan senang hati berkata, “Selamat untuk kalian semua, peluncuran roketnya sudah berhasil.”
“En.” Yu Tu tersenyum, dan memanggil namanya, “JingJing.”
“Saat roket berhasil dipisahkan, semua orang bertepuk tangan. Tiba-tiba aku teringat akan suatu masa yang telah lama. Kau berkata kepadaku, ‘Kau telah menjadi seekor kelinci yang telah melihat bintang paling banyak. Hari ini, aku benar-benar pergi melihat lebih banyak bintang’.” (T/N: huruf ‘tu’ 途 pada nama Yu Tu memiliki bunyi yang sama dengan 兔 yang artinya kelinci).
“Terima kasih.”
Qiao JingJing memegang ponselnya dengan takjub. Jantungnya berdebar cepat, matanya sangat asam, untuk beberapa waktu lamanya, ia tak bisa bicara apa-apa.
Untuk waktu yang lama, ia keluar dari balik pohon kelapa dan berkata, “Berbaliklah, aku di belakangmu.”
Yu Tu membalikkan badannya. Saat melihatnya, ia tersenyum, “Sudah dewasa begini masih saja seperti anak-anak.”
Ia menyimpan ponselnya dan berjalan ke arah Qiao JingJing. Setelah sampai di hadapannya, ia baru menyadari mata Qiao JingJing basah. Yu Tu mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Qiao JingJing. Rasa bersalah yang tak terhitung bercampur aduk dalam hatinya. Ia menarik lengan Qiao JingJing dan mendekapnya dengan erat.
“Maafkan telah membuatmu begini.”
Qiao JingJing membenamkan kepalanya di dada Yu Tu. Kadangkala, bekerja keras itu sulit, terkadang sedikit mengeluh, tapi ini semua bukan alasan mengapa saat ini ia ingin menangis. Momen air mata kali ini adalah memikirkan betapa tak terhitungnya ia bekerja hingga larut, juga karena apa yang tadi ia katakan kepada Guan Zai mengenai “misi telah selesai”, adalah demi kegigihan, kemuliaan, dan impian sekelompok orang.
Juga demi bintang-bintang yang lebih banyak.
Dan juga demi Galaksi Bimasakti yang kian jauh.
***
Pertama-tama want to say sorry karena lama banget updatenya sampai dramanya udah keburu tayang.
Banyak yang terjadi sama tim selama pandemi ini, mohon pengertiannya.
Sekarang kita udah sampai di penghujung tahun, kira-kira tahun rencana kalian apa? hehe.