You’re My Glory - Special 8
Chapter ini diterjemahkan oleh Kak Elva (elvarania)
Editor: Nadita| Proofreader: Kak Glenn
WARNING: Mengandung adegan 18+ Mohon kebijaksanaan pembaca saat membaca. Tidak terlalu eksplisit tapi bisa skip chapter ini jika mau.
Yu Tu berjalan keluar dari lab, melepaskan jas putihnya dan memakai jas hujannya. Guan Zai mengikutinya dari belakang, melirik padanya, dan berkata mencela, “Sejak pacaran, kamu jadi terlihat semakin lebih manusiawi.”
Yu Tu menutup lemari dengan santai dan tenang. “Apa kamu berani tidak memakai baju yang dibelikan oleh istrimu?”
“Apa aku seperti kamu? Aku lebih berpegang pada prinsipku, tidak mudah berkompromi. Memangnya kemeja bisa lebih nyaman daripada kaos?” Kata Guan Zai sombong.
“Kamu benar.” Setelah berpikir sejenak, Yu Tu berkata, “Tapi untuk sekarang, aku akan mengikuti pilihannya. Selanjutnya, kita lihat saja.”
Cara dia mengatakannya….. Guan Zai menganalisa kata-kata “selanjutnya” ini. Mungkinkah setelah menikah? Karenanya, dia berencana menyerah dulu dan lalu menunjukkan dirinya yang sebenarnya setelah menikah? Guan Zai menatap Yu Tu dan seketika merasakan bahwa orang ini adalah penipu yang menggunakan tipuan agar bisa menikah.
Dengan beberapa lembar kertas informasi yang dia miliki, Yu Tu berjalan bersama Guan Zai ke kantor. Lagipula, laki-laki dinilai dari pakaian yang dikenakannya. Yu Tu sejak dulu berbadan tinggi dan kurus, tapi dia biasa berpakaian lebih santai. Tapi sekarang setelah diubah oleh Qiao JingJing, keramahan dan ketampanan yang nampak di posturnya saat pria ini berjalan memang lebih terlihat daripada sebelumnya.
Ketika mereka sampai di kantor, Yu Tu berkata, “Aku akan pulang bersamamu hari ini.”
Setelah dua tahun perawatan dan pengobatan, Guan Zai akhirnya kembali bekerja sejak bulan lalu. Tentu saja dia masih tidak bisa melakukan perjalanan kerja atau melakukan pekerjaan yang terlalu berat. Bekerja lembur benar-benar dilarang oleh istri dan pimpinannya.
Namun laki-laki generasi baru penggila kerja lembur ini tak disangka ingin pulang kerja bersamanya? Guan Zai seketika tahu alasannya.
“Yang Mulia Tuan Putrimu kembali ke Shanghai hari ini?”
“Benar, dia akan kembali dari lokasi syuting di luar negeri.”
“Apa kamu punya waktu mengajak Yang Mulia Tuan Putrimu datang ke rumahku untuk makan bersama? Istriku selalu memikirkannya.” Guan Zai menjadi sedikit masam.
“Kali ini seharusnya kami punya waktu.” Yu Tu mengangkat kedua alisnya, “Tapi Yang Mulia tidak suka dipanggil seperti itu. Kalau kamu memanggilnya seperti itu selama makan bersama, dia akan marah.”
Guan Zai dan Qiao JingJing bertemu beberapa kali. Untuk beberapa alasan, mereka berdua selalu saling berselisih satu sama lain dengan cara seperti anak TK, membuat Yu Tu dan Shen Jing merasa sebal dan geli secara bersamaan.
Sebenarnya Yu Tu secara pribadi telah mengatakan kepada Qiao JingJing untuk sedikit mengalah saja pada Guan Zai, tapi Qiao JingJing tidak setuju. “Justru sebaliknya, dia sebenarnya tidak merasa senang dengan sikap kalian semua yang terlalu berhati-hati. Selain itu, Guan Zai dan aku bukannya benar-benar bertengkar. Kami hanya bercanda. Kamu lihat sendiri dia sangat bersemangat ketika dia bertengkar denganku.”
Memang benar, saat ini Guan Zai mengangkat alisnya dan mencemooh, “Memangnya aku takut?”
Yu Tu berkata, “Dia akan marah padaku. Juga, dia akan mengeluh pada istrimu. Lagipula kalian ini umur berapa, sih?”
Yu Tu tiba di rumah tepat pada pukul lima.
Yu Tu membuka pintu. Rumah sangat sunyi. Tapi di sana ada tambahan dua koper di ruang tamu.
Dia tidak berkata apapun dan perlahan mendorong terbuka pintu kamar tidur. Tentu saja, orang itu sudah meringkuk di dalam selimutnya dan sudah tertidur. Rambutnya yang panjang dan halus tersebar di atas bantalnya dan hanya wajah kecilnya yang manis dengan bulu mata panjang yang nampak, seperti sebuah mimpi.
Yu Tu berjalan mendekat, menunduk, dan menciumnya. Tindakannya begitu ringan, tapi dia masih membuatnya terbangun dari tidur. Qiao JingJing membuka matanya dan melihat, lalu dia melingkarkan kedua tangannya di sekeliling leher Yu Tu.
“Aku mau lebih.”
Yu Tu tertawa lembut. “Aku ganti baju dulu lalu menyusulmu tidur?”
“Baiklah. Aku tidak tidur di pesawat.”
Yu Tu melepaskan jasnya dan meletakkannya begitu saja di punggung kursi. Dia melepaskan kancing bajunya dan berganti dengan baju tidur. Qiao JingJing berbaring menyamping, matanya menatap lurus pada Yu Tu. Yu Tu melirik ke arahnya, berjalan mendekat, dan menggunakan tangannya untuk menutupi mata Qiao JingJing sebelum beranjak tidur.
Kegelapan jatuh ke depan mata Qiao JingJing sejenak. Lalu selimutnya dibuka, dan dirinya dipeluk ke dalam dada Yu Tu.
“Apa yang kamu lihat?”
Suara Yu Tu terdengar rendah dan seolah ada kait yang menariknya. Sejak menjalin hubungan dengan Yu Tu, Qiao JingJing baru tahu bahwa Guru Yu Tu terlihat pendiam … tapi kenyataannya, um, dia bajingan sopan dan sedikit bebas.
“Aku sudah lama tidak melihatmu melepas baju.” Qiao JingJing menempelkan kepalanya di dada Yu Tu.
Suara Yu Tu seketika jatuh beberapa nada. “Bukankah kamu tadi bilang kalau kamu tidak tidur di pesawat?”
Qiao JingJing tidak menjawabnya, tapi tangannya mulai berkelana dengan nakal. “Kamu sangat sibuk, bagaimana mungkin kamu masih punya tenaga?”
“Ada juga pekerjaan fisik yang berat di lab.” Kata-kata menjadi tak berguna saat ini. Yu Tu menangkap tangannya dan mencium rambutnya. Lalu dia sedikit demi sedikit melahap menuju ke bawah dan menggigit bibirnya. Setelah Yu Tu mencium JingJing dengan puas, Yu Tu mulai melepaskan baju tidurnya. Qiao JingJing protes, “Kamu lepaskan bajumu dulu. Kancingnya menyakitiku.”
Yu Tu membuat suara “hmm” dan melepaskan bajunya lebih dulu.
Setelah beberapa saat, Qiao JingJing protes lagi, “Pelan-pelan ah ~~~”
Seperti biasanya, dia tidak terlalu bisa menghadapi “kerja keras” dan terlalu banyak berpendapat, tapi kali ini Yu Tu tidak menurutinya.
Setelah “acara” itu, Qiao JingJing menjadi semakin mengantuk. Yu Tu memeluknya dengan menggunakan sebelah tangannya. “Berapa lama liburmu kali ini?”
“Saat kamu pergi kerja besok, aku juga harus pergi.”
Tubuh Yu Tu menegang, dan dia berkata dengan sedikit tertahan, “Bukankah terakhir kali kamu bilang kamu akan berlibur selama dua bulan?”
“Tapi syuting filmnya berjalan lebih dari sebulan. Aku juga pergi ke luar negeri untuk syuting ulang beberapa rekaman dari TV seri sebelumnya. Lalu sekarang sudah waktunya mulai pekerjaan baru lagi.”
Orang yang memeluknya tiba-tiba terdiam. Beberapa lama kemudian Yu Tu mendesahkan nafas panjang.
Qiao JingJing mengubur kepalanya ke dalam pelukan Yu Tu, merasakan sedikit denyutan nyeri di dalam hatinya. Tapi lalu dirinya memikirkan tentang besok, dan dia diam-diam tertawa.
Setelah kembali dari luar negeri, beban kerja yang begitu banyak dan pekerjaan yang kacau benar-benar mengacaukan jam biologis Qiao JingJing, alhasil membuatnya bangun jam sembilan lagi. Yu Tu tidak berada di dalam kamar dan juga tidak ada di ruang tamu. Qiao JingJing mendorong terbuka pintu ruang kerja. Tentu saja, Yu Tu sedang bekerja di depan komputer.
Merasakan adanya gerakan di pintu, Yu Tu mendongak untuk melihat. “Kamu sudah bangun?”
Yu Tu mematikan komputernya dan bangkit. “Aku menyisakan makan malam untukmu.”
Makan malamnya adalah bubur beras dan beberapa makanan pendamping. Setiap kali dirinya kembali dari luar negeri, JingJing selalu hanya ingin makan ini. Tentu saja, Yu Tu juga kurang lebih hanya tahu cara membuat ini saja. Saat dirinya makan bubur di ruang makan, Qiao JingJing tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang salah.
Bukankah Guru Yu terlalu tenang? Melihat dari perilakunya dulu, karena Qiao JingJing harus pergi keesokan harinya, bukankah seharusnya Yu Tu membuatnya “tetap sibuk” bersamanya sepanjang waktu atau menyiapkan untuk “tetap sibuk” bersamanya sepanjang waktu?
Tapi Guru Yu sekarang…
Qiao JingJing melirik ke arah ruang tamu. Dia ternyata sedang membaca buku? !
Qiao JingJing terheran-heran saat dia membersihkan mulutnya. Ketika dirinya melihat ke arah kaca, dirinya merasa telah menemukan alasannya.
Qiao JingJing telah berada di dalam pesawat selama lebih dari sepuluh jam, tiba di rumahnya dan seketika langsung tertidur. Lalu kemudian ada pertarungan yang berat. Dirinya sekarang agak tidak terurus.
Qiao JingJing cepat-cepat mandi untuk merapikan dan membersihkan diri. Tapi setelah dirinya mengeringkan rambut dan keluar, Yu Tu masih membaca buku, kecuali bahwa tempatnya telah berganti ke tempat tidur. Mendengar gerakannya, Yu Tu bahkan tidak mengangkat kelopak matanya.
Qiao JingJing berjalan ke tepi tempat tidur. “Kamu pergilah sikat gigi dan cuci muka. Aku sudah selesai.”
“Aku sudah melakukannya di kamar mandi luar.”
“Oh… Kamu mau tidur?”
“Iya, aku sudah terus-terusan kerja lembur, jadi aku ingin tidur lebih awal hari ini.”
Setelah berkata begitu, Yu Tu meletakkan bukunya dan mengulurkan tangan untuk mematikan lampu. “Kamu juga harus mencoba tidur lebih awal untuk mengatasi jet lag mu.”
Qiao JingJing: “……”
Qiao JingJing tidak bisa tidur, jadi dia melemparkan diri dan berguling tempat tidur. Yu Tu tidak akan marah, kan? Pasti tidak. Dia sudah berdiri di depannya.
Ada cahaya samar yang bersinar dari luar jendela, menembus kelambu, cukup untuk membuatnya bisa melihat sebuah bayangan kecil dari orang yang berbagi tempat tidur dengannya. Mata Yu Tu tertutup, sepertinya dia sudah siap untuk tidur nyenyak. Qiao JingJing melihat ke arahnya sejenak, mendesah dengan bosan, dan berbalik lagi.
Dirinya baru saja membalik tubuhnya saat mendengar suara Yu Tu di belakangnya.
“Waktu kamu tidur hari ini, Ling JieJie menelponmu.”
Tubuh Qiao JingJing menegang.
“Aku mengangkat teleponnya.”
Qiao JingJing: “……”
“Ada yang ingin kamu jelaskan padaku?”
… Oh tidak, dirinya lupa untuk bersekongkol mengarang cerita.
Qiao JingJing cepat-cepat duduk dan membela dirinya dengan 10,000 kata-kata. “Itu… Kamu tahu, ada hal yang disebut menambahkan keseruan dalam hubungan …. Selain itu, aku tidak berbohong padamu. Kubilang aku akan pergi saat pagi, tapi aku tidak bilang kalau aku tidak akan kembali saat malam. Hari ini aku terlalu terburu-buru. Aku tadinya berniat pergi ke Lujiazui besok mencari sesuatu untuk menghias rumah dan memberimu kejutan…”
Yu Tu menatapnya. Qiao JingJing akhirnya tidak bisa berkata-kata lagi. Akhirnya Yu Tu mendesah dan berkata, “Sudahlah.”
Yu Tu berkata, “Aku terlalu malas untuk beralasan denganmu.”
Sebelum Qiao JingJing sempat bereaksi, Yu Tu menariknya, memutarnya, dan menekannya di bawah tubuhnya. Lalu baju tidurnya ditarik terbuka…
Kali ini, kelembutan Yu Tu yang sebelumnya tadi telah benar-benar menghilang. Dia sabar dan nakal, menaklukkan dan menangkap tanpa memberikan dirinya kelonggaran. Setelah beberapa lama, Qiao JingJing tidak bisa menahannya lagi dan memohon belas kasihan.
“Aku salah. Aku tidak akan berbohong padamu lagi. Aku benar-benar ingin memberikan kejutan yang menyenangkan untukmu besok.”
“Apa aku terlihat senang?” Rambut Yu Tu terjatuh, sudah basah oleh keringat.
“Ah… Yu Tu…” Qiao JingJing menguap dan terbata-bata memanggil namanya. Namun, kekuatan Yu Tu tidak berkurang sedikit pun, hampir seolah memaksa Qiao JingJing untuk menjawab. Qiao JingJing sudah seperti hampir menangis dan menjawab terputus-putus, “Tidak… kamu tidak senang.”
“Berapa lama liburanmu?”
“Dua bulan.”
“Tidak bohong kali ini?”
“Tidak bohong.” Qiao JingJing memeluk punggung Yu Tu yang berkeringat dan memohon dengan lembut. “Aku akan menemanimu di sini setiap hari.”
Yu Tu memusatkan perhatiannya pada Qiao JingJing. Detak jantungnya akhirnya perlahan-lahan melambat sedikit. Qiao JingJing merasa bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan untuk membujuk Yu Tu dan hanya bisa menahannya dengan pasif.
Setelah serbuan lain yang datang seperti hujan lebat, ciuman yang jatuh di wajahnya akhirnya menjadi pelan dan lembut.
Kali ini, Qiao JingJing benar-benar kelelahan dan tidur dengan nyenyak. Samar-samar, dirinya sepertinya mendengar Yu Tu menanyakan sesuatu kepadanya.
“Apa kamu memperhatikan ada yang berbeda di dalam rumah saat kau pulang hari ini?”
“Tidak, aku langsung pergi tidur setelah sampai rumah.” Qiao JingJing mnejawab dengan linglung.
“Aku sudah menata ulang kamar kecil di bagian sisi utara.” Yu Tu mungkin melihat Qiao JingJing benar-benar sangat mengantuk, Yu Tu akhirnya mencium matanya dan berkata, “Aku akan mengajakmu melihatnya besok pagi.”
Rasa ketertarikan Qiao JingJing terusik dan dia berjuang untuk menahan kelopak matanya. “Aku ingin melihatnya sekarang.”
Ketika dia turun dari tempat tidur setelah memakai baju tidurnya, kaki Qiao JingJing terasa lemah dan hampir terjatuh. Tapi dia tetap kukuh menolak pertolongan dari si pelaku dan berjalan, menunjukkan semangatnya yang besar, menuju ke ruang kecil di bagian sisi sebelah utara.
Segera setelah pintunya didorong terbuka, Qiao JingJing hanya bisa menatap kosong.
Dirinya ingat bahwa sebelumnya di sana ada sebuah tempat tidur tunggal dan barang-barang sisa yang menumpuk. Tapi tempat tidur tunggal dan barang-barang sisa itu sekarang sudah menghilang. Tempat itu sekarang menjadi lemari pakaian yang baru.
Yu Tu berkata dari belakangnya, “Terakhir kali kamu pernah bilang bahwa kamu ingin libur selama dua bulan. Kupikir kamu mungkin ingin tinggal bersamaku di sini. Tapi JingJing tercintaku suka terlihat menarik. Apa yang akan terjadi kalau begitu jika tidak ada cukup ruang untuk meletakkan baju-baju dan sepatu-sepatunya?”
“Jadi kamu mengubah ruangan ini menjadi lemari pakaian?”
“Benar. Kamu suka warnanya?”
“Suka.”
Qiao JingJing menjawabnya, tapi tiba-tiba hatinya merasa sedikit melankolis. Yu Tu pasti sudah sangat menunggu-nunggu dirinya mengambil liburan, tapi pada akhirnya JingJing malah mengerjainya.
“Aku menambahkan beberapa fitur. Kontrol panelnya di sini….”
Qiao JingJing tak tahan lagi dan memeluk pinggang Yu Tu. “Apa ini hadiah darimu?”
Yu Tu menghentikan apa yang tadinya ingin dikatakan dan memeluknya. “Ini tidak bisa dibilang hadiah, ini sesuatu yang kamu butuhkan selama kamu tinggal di sini. Bisa dibilang ini….”
Yu Tu berhenti sejenak, seolah memikirkan bagaimana menggambarkan dirinya. Lalu ia menundukkan kepalanya, tersenyum, dan berkata: “Membangun sarang kita.”